Rabu, 09 Maret 2011

Pathogenesis of Diabetic Cataract

Assalamu'alaikum.Wr.Wb

The enzyme aldose reductase (AR) catalyzes the reduction of glucose to sorbitol through the polyol pathway, a process linked to the development of diabetic cataract. Extensive research has focused on the central role of the AR pathway as the initiating factor in diabetic cataract formation.

It has been shown that the intracellular accumulation of sorbitol leads to osmotic changes resulting in hydropic lens fibers that degenerate and form sugar cataracts. In the lens, sorbitol is produced faster than it is converted to fructose by the enzyme sorbitol dehydrogenase. In addition, the polar character of sorbitol prevents its intracellular removal through diffusion. The increased accumulation of sorbitol creates a hyperosmotic effect that results in an infusion of fluid to countervail the osmotic gradient. Animal studies have shown that the intracellular accumulation of polyols leads to a collapse and liquefaction of lens fibers, which ultimately results in the formation of lens opacities. These findings have led to the “Osmotic Hypothesis” of sugar cataract formation, emphasizing that the intracellular increase of fluid in response to AR-mediated accumulation of polyols results in lens swelling associated with complex biochemical changes ultimately leading to cataract formation.

Furthermore, studies have shown that osmotic stress in the lens caused by sorbitol accumulation induces apoptosis in lens epithelial cells (LEC)  leading to the development of cataract. Transgenic hyperglycemic mice overexpressing AR and phospholipase D (PLD) genes became susceptible to develop diabetic cataract in contrast to diabetic mice overexpressing PLD alone, an enzyme with key functions in the osmoregulation of the lens. These findings show that impairments in the osmoregulation may render the lens susceptible to even small increases of AR-mediated osmotic stress, potentially leading to progressive cataract formation.

 The role of osmotic stress is particularly important for the rapid cataract formation in young patients with type 1 diabetes mellitus due to the extensive swelling of cortical lens fibers. A study performed by Oishi et al. investigated whether AR is linked to the development of adult diabetic cataracts. Levels of AR in red blood cells of patients under 60 years of age with a short duration of diabetes were positively correlated with the prevalence of posterior subcapsular cataracts. A negative correlation has been shown in diabetic patients between the amount of AR in erythrocytes and the density of lens epithelial cells, which are known to be decreased in diabetics compared to nondiabetics suggesting a potential role of AR in this pathomechanism.

 The polyol pathway has been described as the primary mediator of diabetes-induced oxidative stress in the lens. Osmotic stress caused by the accumulation of sorbitol induces stress in the endoplasmic reticulum (ER), the principal site of protein synthesis, ultimately leading to the generation of free radicals. ER stress may also result from fluctuations of glucose levels initiating an unfolded protein response (UPR) that generates reactive oxygen species (ROS) and causes oxidative stress damage to lens fibers. There are numerous recent publications that describe oxidative stress damage to lens fibers by free radical scavengers in diabetics. However, there is no evidence that these free radicals initiate the process of cataract formation but rather accelerate and aggravate its development. Hydrogen peroxide (H2O2) is elevated in the aqueous humor of diabetics and induces the generation of hydroxyl radicals (OH–) after entering the lens through processes described as Fenton reactions. The free radical nitric oxide (NO), another factor elevated in the diabetic lens [24] and in the aqueous humor, may lead to an increased peroxynitrite formation, which in turn induces cell damage due to its oxidizing properties.

Furthermore, increased glucose levels in the aqueous humor may induce glycation of lens proteins, a process resulting in the generation of superoxide radicals and in the formation of advanced glycation endproducts (AGE). By interaction of AGE with cell surface receptors such as receptor for advanced glycation endproducts in the epithelium of the lens further  and H2O2 are generated.
 
In addition to increased levels of free radicals, diabetic lenses show an impaired antioxidant capacity, increasing their susceptibility to oxidative stress. The loss of antioxidants is exacerbated by glycation and inactivation of lens antioxidant enzymes like superoxide dismutases. Copper-zink superoxide dismutase 1 (SOD1) is the most dominant superoxide dismutase isoenzyme in the lens, which is important for the degradation of superoxide radicals () into hydrogen peroxide (H2O2) and oxygen. The importance of SOD1 in the protection against cataract development in the presence of diabetes mellitus has been shown in various in vitro and in vivo animal studies.

In conclusion, a variety of publications support the hypothesis that the initiating mechanism in diabetic cataract formation is the generation of polyols from glucose by AR, which results in increased osmotic stress in the lens fibers leading to their swelling and rupture.

 

Jumat, 04 Maret 2011

Buat teman2 yg sedang merantau untuk mencari ilmu ataupun untuk bekerja...

Assalamu'alaikum.Wr.Wb

Orang pandai dan beradab tak kan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Pergilah, kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan teman
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air yang diam menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih jika tidak dia kan keruh menggenang

Singa tak kan pernah memangsa jika tak tinggalkan sarang
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak kan kena sasaran
Jika saja matahari di orbitnya tak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Rembulan jika terus-menerus purnama sepanjang zaman
Orang-orang tak kan menunggu saat munculnya datang

Biji emas bagai tanah biasa sebelum digali dari tambang
Setelah diolah dan ditambang manusia ramai memperebutkan
Kayu gaharu tak ubahnya kayu biasa di dalam hutan
Jika dibawa ke kota berubah mahal jadi incaran hartawan

"semoga bisa bermanfaat bagi teman2 semua yang sekarang sedang merantau jauh dari orang tua / orang2 yg dicintai, merantau dalam mencari ilmu ataupun untuk bekerja demi masa depan yang jauh lebih baik dan bahagia di dunia maupun akhirat.."

Rabu, 26 Januari 2011

Surat Cinta untuk Mu

“Jagalah olehmu delapan kalimat, nicaya Allah akan menjagamu: Bila engkau sedang sholat, jagalah hatimu. Bila engkau sedang berada di rumah orang lain, jagalah matamu. Jika engkau berada di tengah umat manusia, jagalah lidahmu. Jika engkau berada di meja perjamuan, jagalah perutmu. 5, 6, 7, dan 8 adalah, ingatlah akan dua hal dan lupakan dua hal lainnya. Adapun dua hal yang kita ingat adalah mengingat Allah dan kematian. Sedangkan dua hal yang kita lupakan ialah melupakan kebaikanmu kepada orang lain dan keburukan orang lain kepadamu”
 
Semoga bermanfaat dan membawa keberkahan bagi langkah hidup kita yang masih tersisa dan semoga ALLAH SWT senantiasa memberi kita taufiq dan hidayah untuk dapat mengamalkannya…insya ALLAH..aamiin...

Kamis, 20 Januari 2011

PDKT dengan Sang Pemilik Cinta ^_^

Aku ingin mencintaimu…
Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu
Seperti isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada
Penggalan puisi di atas adalah puisi karyanya Sapardi Joko Damono. Terus terang, gue juga nggak terlalu paham dengan maksud yang tersirat dari puisi di atas. Tapi kayaknya asyik aja gitu kalo dijadiin intro buat edisi kali ini.
Temen-temen semua, kayaknya udah jadi ‘kesepakatan’ umum kalo cinta itu bisa membuat hidup lebih hidup. Karena cinta konon kabarnya mengandung segala perasaan indah tentang kebahagiaan ( happiness ), menyenangkan ( comfort ), kepercayaan ( trust ), persahabatan ( friendship ), dan kasih-sayang ( affection ).
Menurut R. Graves dalam The Finding of Love , cinta adalah sesuatu yang dapat mengubah segalanya sehingga terlihat indah. Jalaluddin Rumi juga pernah bersyair: “Karena cinta, duri menjadi mawar. Karena cinta, cuka menjelma anggur segar…”. Itu sebabnya, nggak usah heran kalo naluri mencintai akan mendorong manusia untuk memenuhi keinginan cintanya itu. Orang yang jatuh cinta akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian orang yang ia cintai.
Cinta bisa juga tak pandang bulu. Tak pandang bulu bisa berarti kita mencintai siapa saja, dan dari kalangan mana saja. Nggak pilih-pilih. Karena semua berhak mendapatkan cinta. Namun jangan salah, meski cinta tak pandang bulu, tapi bukan berarti juga kita dibutakan oleh cinta. Iya dong, kalo bayang si dia terlanjur lekat di hati, biasanya segala kesalahan dan kekurangannya cenderung kita abaikan. Waduh, berbahaya banget tuh.
Temen-temen semua, paparan di atas sebagai fakta aja, bahwa energi cinta bisa membuat ‘penderitanya’ berbunga-bunga, bahkan sering tanpa bisa membedakan mana cinta dan mana nafsu. Gawat kan? Nah, sekarang coba kita bandingan kecintaan kita kepada Allah Swt, Sang Pemilik Cinta. Jika memang sama-sama cinta, harusnya kan sama ya? Artinya, kecintaan kita kepada Allah pun akan mirip gejalanya dengan cinta kita kepada sesama makhlukNya. Meski tentu saja, mencintai Allah jauh lebih besar manfaat dan pahalanya. Karena Allah adalah Pemilik Cinta, dan sekaligus Pemberi Cinta kepada kita-kita sebagai makhlukNya.
Bahkan Allah sudah memberikan sinyal kuat kepada kita dalam sebuah hadis Qudsy: “Kalau hambaKu mendekat sejengkal, Kusambut ia sehasta. Kalau ia mendekat sehasta, Kusambut ia sedepa. Kalau hambaKu datang padaKu berjalan, Kusambut ia dengan berlari…”
Mencuri’ perhatian Allah
Kalo dengan sang inceran kita biasa nyari-nyari perhatian, bisa curi pandang kalo kebetulan si dia ada di kelas, kenapa dengan Allah tidak bisa? Kalo dengan si dia yang udah mencairkan dinding es yang selama ini kita bangun, kita bisa begitu getol menjaga penampilan agar ia tetap merasa betah melihat kita, kenapa dengan Allah tidak bisa? Ah, rasanya nggak adil!
Temen-temen, kalo mau jujur, kita jarang banget mencuri perhatian Allah. Kalo benar kita cinta kepadaNya, seharusnya memang kita sering mencuri perhatianNya agar Dia suka kepada kita. Sebagaimana halnya kalo kita sering CPCP alias curi pandang cari perhatian dengan orang yang kita incer abis-abisan.(ehm.. ehm...) ^^
Ibnul Qayyim pernah menuliskan sebuah kaidah sederhana dalam kitab cinta yang sangat populer, Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Musytaqin, “Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab…”
temannn...., pertanyaannya sekarang, “Apakah ada sebab untuk mencintai Allah, sehingga kita perlu mencari perhatianNya?” Ehm, alasannya tentu ada dong sayang. Wong kepada makhlukNya aja kita bisa jatuh hati dan cinta setengah mati hanya karena melihat pesona yang dimiliknya. Entah gaya bicaranya, entah itu wajahnya, bisa juga karena kepintarannya, termasuk perangainya, pun karena bentuk fisik yang membuatmu jatuh cinta. Bener nggak seh?
Nah, harus diakui bahwa Allah punya banyak pesona yang itu layak kita kagumi dan membuat kita lebih mencintaiNya, dan punya alasan bagi kita untuk bisa mencuri perhatainNya. Alasan sederhananya, karena Allah adalah pencipta semesta alam dan seluruh isinya, termasuk kita. Hmm… sangat elok tentunya kalo kita mencintaiNya.
Kalo kita sering kagum dan jatuh cinta dengan seseorang yang cerdas, maka Allah lebih harus kita kagumi dan cintai karena Dia yang menganugerahkan kecerdasan kepada orang yang kita anggap cerdas. Begitu pun kalo kita mengagumi seseorang yang punya wajah yang menggetarkan nurani kita, maka seharusnya kita berpikir lebih jauh, bahwa Allah layak lebih kita cintai karena Dia telah menciptakan orang yang kita anggap punya wajah yang enak dipandang mata itu.
Menjadi kekasih Allah
Dalam kisah yang sering kita dengar dan baca, Nabi Ibrahim begitu mencintai putranya. Luapan cinta yang tak tertahankan kepada putranya yang setelah puluhan tahun didambakannya. Ismail menjadi muara kehidupan bagi Nabi Ibrahim. Namun, Allah menguji cintanya dengan menurunkan perintah untuk mengurbankan anaknya. Aduh, hati orang tua mana yang nggak remuk kalo perintahnya seperti ini. Tapi, Nabi Ibrahim berhasil lulus ujian tersebut. Terbukti ia lebih mencintai Allah dengan menjalankan perintahNya ketimbang mencintai anak dan keluarganya. Nabi Ibrahim ikhlas melakukannya. Subhanallah .
Cinta kepada Allah itu mutlak, tiada sekutu bagiNya. FirmanNya:
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia” (QS ali Imaran [3]: 18)
Menjadi kekasih itu butuh pengorbanan. Tentu, agar cinta yang kita berikan kepada kekasih kita bermakna. Itu sebabnya, mencintai Allah pun memerlukan pengorbanan. Seorang tokoh sufi bernama Bayazid Bustami mengatakan: “Cinta adalah melepaskan apa yang dimiliki seseorang kepada Kekasih (Allah) meskipun ia besar; dan menganggap besar apa yang diperoleh kekasih, meskipun itu sedikit.”.
Dan jujur saja, kalo kita sedang jatuh cinta, menyebut namanya saja ada gejolak hebat di hati kita. Maka, jika Allah kita cintai, rasanya pantas jika kita pun bergetar menyebut namaNya. Firman Allah Swt.: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal,” (QS al-Anfaal [8]: 2)
temen2 semua, yuk kita cintai Allah dengan sepenuh hati. Tunjukkan cinta kita kepadaNya dengan mentaati seluruh syariatNya. Amalnya perintahNya, jauhi laranganNya. Insya Allah kita bisa kok. PDKT yo…!

Rabu, 19 Januari 2011

Apaan nih..?

rasanya kaya strawbery, kadang-kadang terasa asem, kadang-kadang juga terasa manis.....

hmmm... sudahlah lupakan saja, ga penting juga kalo dipikirin terusss :p
* yang penting ingat selalu ALLAH dengan cara Berdzikir, "siapa saja yang selalu mengingat ALLAH, maka ALLAH pun akan mengingat kita"
siapa saja yang selalu menyebut Asma ALLAH, maka ALLAH pun akan senantiasa menyebut-nyebut nama kita di hadapan para malaikatnya, walopun kita tak terkenal di dunia, tapi kita telah terkenal di akhirat. SubhanALLAH...

Minggu, 16 Januari 2011

Pengorbanan yang Agung


SUBHANALLAH...
Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”

Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.

Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.